Makalah
Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Perawatan Dan Pencegahan Cedera (PPC)
Oleh:
Aang Solahudin Anwar
Nim 060168
PJKR B
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2010
Posted on 10 juni 2010
Pencegahan Olahraga:
1. Pemeriksaan awal sebelum melakukan olahraga untuk menentukan ada tidaknya kontraindikasi dalam berolahraga
2. Melakukan olahraga sesuai dengan kaidah baik, benar, terukur dan teratur
3. Menggunakan sarana yang sesuai dengan olahraga yang dipilih (sepatu, kaos kaki, pelindung , dll)
4. Memperhatikan kondisi prasarana olahraga seperti permukaan lapangan harus rata, dll
5. Memperhatikan lingkungan fisik seperti suhu dan kelembaban udara sekelilingnya
Penatalaksanaan Cedera Olahraga
Pada umumnya penatalaksanaan cedera olahraga menggunakan prinsip RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation) yang selalu diterapkan pada awal terjadinya cedera sebelum penanganan selanjutnya.
Indikasi RICE dilakukan pada cedera akut atau kronis eksaserbasi akut, seperti hematome (memar), sprain, strain, patah tulang tertutup, dislokasi setelah dilakukan reposisi. Kontraindikasi RICE pada kram otot, patah tulang terbuka, adanya luka pada kulit merupakan kontraindikasi penggunaan Ice dan Compression.
Penatalaksanaan cedera olahraga dengan:
a. Hentikan kegiatan olahraga
b. Lakukan prinsip RICE
1. Rest (istirahat). Bagian tubuh yang cedera harus segera diistirahatkan, karena gerakan aktif akan meningkatkan perdarahan dan pembengkakan yang terjadi sehingga nyeri akan berlanjut.
2. Ice (es). Bagian tubuh yang cedera dikompres dingin / es, bertujuan untuk terjadinya vasokontriksi lokal (pengurutan pembuluh darah lokal), mengurangi terjadinya perdarahan dan pembengkakan, mengurangi rasa nyeri, mengurangi reaksi inflamasi (peradangan) dan spasme otot. Mula-mula kompres dingin/es dilakukan selama 15-20 menit setiap 1-2 jam, kemudian frekwensi diturunkan secara bertahap sampai 24-48 jam disesuaikan dengan berat ringannya cedera yang terjadi.
3. Compression (balut tekan). Penggunaan bandage untuk balut telan pada daerah yang mengalami cedera akan menurunkan tingkat perdarahan dan mencegah terjadinya pembengkakan.
4. Elevation (meninggikan). Bagian badan yang mengalami cedera diposisikan lebih tinggi sehingga aliran arah ke bagian yang cedera berkurang. RICE dilakukan selama 24-48 jam pertama sejak terjadinya cedera. Setelah itu dapat dilakukan kombinasi kompres dingin dan hangat untuk memperbaiki vaskularisasi (sirkulasi) jaringan yang cedera.
c. Tidak boleh dilakukan pemijatan atau diurut.
DIarsipkan di bawah: Kesehatan Olahraga | Ditandai: cedera olahraga, kesehatan, Kesehatan Olahraga
Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga (2)
Written by David
Thursday, 19 March 2009 10:14
Spiritfutsal-19 Maret 2009, Jakarta
PENGOBATAN
Penatalaksanaan Cedera Olahraga
Pada umumnya penatalaksanaan cedera olahraga menggunakan prinsip RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation) yang selalu diterapkan pada awal terjadinya cedera sebelum penanganan selanjutnya.
Indikasi RICE dilakukan pada cedera akut atau kronis eksaserbasi akut, seperti hematome (memar), sprain, strain, patah tulang tertutup, dislokasi setelah dilakukan reposisi. Kontraindikasi RICE pada kram otot, patah tulang terbuka, adanya luka pada kulit merupakan kontraindikasi penggunaan Ice dan Compression.
Penatalaksanaan cedera olahraga dengan:
a. Hentikan kegiatan olahraga
b. Lakukan prinsip RICE
1. Rest (istirahat).
Bagian tubuh yang cedera harus segera diistirahatkan, karena
gerakan aktif akan meningkatkan perdarahan dan pembengkakan yang terjadi
sehingga nyeri akan berlanjut. Bagian yang terluka segera diistirahatkan untuk
meminimalkan perdarahan dalam dan pembengkakan serta untuk mencegah
bertambah parahnya cedera.
2.Ice (es).
Bagian tubuh yang cedera dikompres dingin / es, bertujuan untuk terjadinya vasokontriksi lokal (pengurutan pembuluh darah lokal), mengurangi
terjadinya perdarahan dan pembengkakan, mengurangi rasa nyeri, mengurangi
reaksi inflamasi (peradangan) dan spasme otot. Mula-mula kompres dingin/es
dilakukan selama 15-20 menit setiap 1-2 jam, kemudian frekwensi diturunkan
secara bertahap sampai 24-48 jam disesuaikan dengan berat ringannya cedera yang
terjadi. Es batu menyebabkan pembuluh darah mengkerut, membantu mengurangi
peradangan dan nyeri.
3. Compression (balut tekan). Penggunaan bandage untuk balut telan pada daerah yang mengalami cedera akan menurunkan tingkat perdarahan dan mencegah terjadinya pembengkakan. Membungkus daerah yang mengalami cedera dengan perban elastik dan mengangkatnya sampai diatas jantung, akan membantu mengurangi pembengkakan.
Pengompresan dengan es batu dilakukan selama 10 menit. Suatu perban elastik bisa dililitkan secara longgar di sekeliling kantong es batu. Es mengurangi nyeri dan pembengkakan melalui beberapa cara.
Daerah yang mengalami cedera mengalami pembengkakan karena cairan merembes
dari dalam pembuluh darah. Dengan menyebabkan mengkerutnya pembuluh darah,
maka dingin akan mengurangi kecenderungan merembesnya cairan sehingga
mengurangi jumlah cairan dan pembengkakan di daerah yang terkena.
Menurunkan suhu kulit di sekitar daerah yang terkena bisa mengurangi nyeri dan
kejang otot. Dingin juga akan mengurangi kerusakan jaringan karena proses seluler
yang lambat.
Pengompresan dengan es batu terlalu lama bisa merusak jaringan.
Jika suhu sangat rendah (sampai sekitar 15 derajat Celsius), kulit akan memberikan
reaksi sebaliknya, yaitu menyebabkan melebarkan pembuluh darah. Kulit tampak
merah, teraba hangat dan gatal, juga bisa terluka.
Efek tersebut biasanya terjadi dalam waktu 9-16 menit setelah dilakukan
pengompresan dan akan berkurang dalam waktu sekitar 4-8 menit setelah es
diangkat. Karena itu es harus diangkat sebelum efek ini terjadi atau setelah 10
menit, baru dikompreskan lagi 10 menit kemudian.
4. Elevation (meninggikan). Bagian badan yang mengalami cedera diposisikan lebih
tinggi sehingga aliran arah ke bagian yang cedera berkurang. RICE dilakukan
selama 24-48 jam pertama sejak terjadinya cedera. Setelah itu dapat dilakukan
kombinasi kompres dingin dan hangat untuk memperbaiki vaskularisasi (sirkulasi)
jaringan yang cedera. Bagian yang mengalami cedera tetap diangkat, tetapi kompres
es dilepaskan selama 10 menit, setelah itu dikompres lagi selama 10 menit. Hal ini
dilakukan secara bergantian dalam waktu 1-1,5 jam.
Tindakan diatas bisa diulang sebanyak beberapa kali selama 24 jam pertama.
CaraLain
Penyuntikan kortikosteroid ke dalam sendi yang terluka atau jaringan di sekitarnya bisa mengurangi nyeri dan pembengkakan. Tetapi penyuntikan ini bisa memperlambat penyembuhan, meningkatkan resiko terjadinya kerusakan tendon dan tulang rawan dan memperburuk cedera karena memungkinkan penderita menggunakan sendinya yang terluka sebelum sembuh total.
PENCEGAHAN
Pemanasan sebelum melakukan latihan yang berat dapat membantu mencegah terjadinya cedera. Latihan ringan selama 3-10 menit akan menghangatkan otot sehingga otot lebih lentur dan tahan terhadap cedera. Metode pemanasan yang aktif lebih efektif daripada metode pasif seperti air hangat, bantalan pemanas, ultrasonik atau lampu infra merah. Metode pasif tidak menyebabkan bertambahnya sirkulasi darah secara berarti.
Pendinginan adalah mengurangi latihan secara bertahap sebelum latihan dihentikan.
Pendinginan mencegah terjadinya pusing dengan menjaga aliran darah. Jika latihan yang berat dihentikan secara tiba-tiba, darah akan terkumpul di dalam vena tungkai dan untuk sementara waktu menyebabkan berkurangnya aliran darah ke kepala.
Pendinginan juga membantu membuang limbah metabolik (misalnya asam laktat dari otot), tetapi pendinginan tampaknya tidak mencegah sakit otot pada hari berikutnya, yang disebabkan oleh kerusakan serat-serat otot.
Latihan peregangan tampaknya tidak mencegah cedera, tetapi berfungsi memperpanjang otot sehingga otot bisa berkontraksi lebih efektif dan bekerja lebih baik. Untuk menghindari kerusakan otot karena peregangan, hendaknya peregangan dilakukan setelah pemanasan atau setelah berolah raga, dan setiap gerakan peregangan ditahan selama 10 hitungan.
Pelapis sepatu (ortotik) seringkali dapat memperbaiki masalah kaki seperti pronasi.
Pelapis ini sifatnya bisa lentur, agak kaku atau kaku dan panjangnya bervariasi, disesuaikan dengan sepatu yang digunakan.
Sepatu lari yang baik memiliki:
- sudut tumit yang kaku untuk mengendalikan gerakan bagian belakang kaki
- sebuah penyangga di sepanjang pelapis untuk mencegah pronasi yang berlebihan
- sebuah lubang sepatu yang diberik bantalan untuk menyokong pergelangan kaki.
Ukuran ortotik biasanya 1 nomor lebih kecil daripada ukuran sepatu yang digunakan
Pencegahan Olahraga:
1. Pemeriksaan awal sebelum melakukan olahraga untuk menentukan ada tidaknya
kontraindikasi dalam berolahraga
2. Melakukan olahraga sesuai dengan kaidah baik, benar, terukur dan teratur
3. Menggunakan sarana yang sesuai dengan olahraga yang dipilih (sepatu, kaos kaki,
pelindung , dll)
4. Memperhatikan kondisi prasarana olahraga seperti permukaan lapangan harus rata,
dll
5. Memperhatikan lingkungan fisik seperti suhu dan kelembaban udara sekelilingnya
Terapi fisik bisa berupa pemanasan, pendinginan, listrik, gelombang suara, penarikan (traksi) atau latihan di air, bisa dilakukan sebagai tambahan terhadap terapi latihan. Lamanya dilakukan terapi fisik tergantung kepada berat dan kompleksnya cedera yang terjadi.
Aktivitas atau olah raga yang menyebabkan cedera sebaiknya dihindari sampai cedera benar-benar sembuh. Lebih baik mengganti jenis olah raga daripada tidak melakukan aktivitas fisik sama sekali, karena sama sekali tidak melakukan kegiatan bisa menyebabkan otot kehilangan massa, kekuatan dan ketahanannya.
(ddn/sehatbugar)
seperti ditulis instruktur kebugaran di AS, Sabrina Rogers dalam situs sportsinjurybulletin, ada 10 jenis cedera akibat olahraga.
1. Cedera lutut
Sekitar 55 persen cedera akibat aktivitas olahraga berupa cedera lutut. Cedera ini termasuk satu dari 40 kasus bedah ortopedi. Terbanyak terjadi pada sendi dan tulang rawan (retak), termasuk sakit dan nyeri yang terkait dengan tempurung lutut. Risiko tinggi terjadi pada pelari, perenang, step aerobic, pesepakbola, pebasket, pevoli, dan atlet cabang atletik. Ini karena lutut menjadi tumpuan, sehingga berpotensi terkena arthritis.
Pencegahan: Kenakan sepatu khusus dengan sol lembut dan ganti sol secara teratur. Pilih sepatu sesuai jenis olahraga dan mampu menopang berat tubuh. Istirahatkan kaki dalam jangka tertentu (minimal 2 x 24 jam) untuk mencegah beban berlebihan pada anggota tubuh. Jika lutut cedera, kompres es selama 20 menit untuk menghindari peradangan.
2. Cedera bahu
Sebanyak 20 persen cedera karena olahraga terjadi pada bahu, termasuk akibat salah posisi, salah urat, dan ketegangan otot. Olahraga yang rentan menimbulkan cedera ini yaitu tenis, renang, angkat beban, bisbol, dan voli. Penyebabnya, aktivitas berlebih dan gerakan yang salah di daerah bahu sehingga mengenai tendon (urat). Gejalanya nyeri, kaku pada bahu, otot terkilir, hingga tulang retak.
Pencegahan: Untuk olahraga yang rentan benturan (misalnya bisbol) gunakan pelindung khusus.
3. Cedera otot pergelangan kaki
Banyak terjadi pada pesebakbola, pemain hoki, pebasket, dan pevoli karena gerakan seperti melompat, berlari, dan berhenti mendadak menyebabkan tendon terjepit.
Pencegahan: Perkuat pergelangan kaki dengan naik turun tangga atau olahraga sejenisnya. Memakai pelindung kaki tidak menjamin keselamatan, tapi meminimalkan risiko.
4. Cedera siku
Tujuh persen cedera pada siku terjadi karena olahraga, seperti golf dan tenis. Penyebabnya karena beban berlebihan dan terus menerus di daerah siku sebagai tumpuan.
Pencegahan: Latihlah daerah lengan, misalnya memutar perlahan pergelangan tangan, dan lindungi siku dengan bebat khusus saat berolahraga.
5. Otot tertarik
Tidak melakukan pemanasan cukup, kelelahan otot, dan otot lemah, adalah beberapa sebabnya. Lari, joging, basket, dan sepakbola, adalah contoh olahraga paling potensial menimbulkan cedera ini.
Pencegahan: Latihan peregangan yang cukup sebelum dan sesudah berolahraga. Hindari berlatih saat tubuh Anda terasa lelah. Jangan berolahraga dulu sebelum Anda benar-benar pulih pascacedera, untuk menghindari cedera lebih berat.
6. Sakit punggung bagian bawah
Banyak dialami oleh orang yang duduk terlalu lama dan penderita obesitas. Rentan pula dialami pelari, pebalap sepeda, pegolf, petenis, dan pebisbol.
Pencegahan: Lakukan pemanasan sebelum, selama, dan sesudah berolahraga. Gerakan meluruskan punggung dengan menarik perlahan kedua tangan ke atas dan menekuk punggung ke samping.
7. Cedera tulang kering
Biasa menyerang pemula, yang berambisi ingin meningkatkan tahap latihan. Memakai alas kaki yang tidak sesuai dengan aktivitas. Termasuk melompat dan berlari di landasan yang keras.
Pencegahan: Pakailah alas kaki yang tepat, berlatih secara bertahap, peregangan, dan tidak berlebihan.
8. Cedera paha
Sepakbola, hoki, basket, olahraga dengan raket, dan voli. Selain daerah paha terasa nyeri yang sangat, juga terjadi pembengkakan pada otot paha.
Pencegahan: Peregangan sebelum berlatih, berlatih dengan intensitas bertahap, latihan menguatkan daerah kaki terutama paha.
9. Gegar otak
Cedera kategori berat akibat benturan. Gejalanya yaitu kehilangan kesadaran, sakit kepala hebat, amnesia, kehilangan keseimbangan, susah berkonsentrasi, pusing, dan mual. Biasa terjadi akibat kontak fisik, misalnya sepakbola, hoki, dan tinju.
Pencegahan: Perlindungan memakai helm tidak menjaminan aman untuk kepala. Jika mengalami benturan, segera cari pertolongan medis.
10. Salah urat
Cedera ini timbul karena salah gerak atau kelelahan pada tendon karena aktivitas berlebih. Paling banyak dialami pelari karena gerakan lari dan lompat.
Pencegahan: Peregangan cukup dan hindari gerakan menarik otot secara tiba-tiba dan memaksa. Jika cedera terjadi, jangan tergesa berlatih kembali sebelum kondisi benar-benar pulih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar