Senin, 14 Juni 2010

Belajar.

A. Hasil Belajar

Pengertian hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelumbelajar.
Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan dalam muatan serta isi pelajaran yang telah dipelajari .
Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar:
a. Keterampilan dan kebiasaan
b. Pengetahuan dan pengertian
c. Sikap dan cita-cita

Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
Belajar adalah perubahan yang bersifat menetap dalam perilaku atau potensi perilaku yang merupakan hasil dan pengalaman dan tidak dicirikan oleh keadaan-keadaan diri yang sifatnya sementara seperti yang disebabkan oleh sakit, kelelahan, atau obat-obatan, seperti yang dikatakan oleh Hergenhehn dan Olson (1993:159) dalam buku Agus Mahendra. Para ahli teori belajar banyak yang setuju bahwa belajar hanyalah sebagai suatu proses yang menengahi (to mediate) perilaku.
Belajar merupakan sesuatu yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman tertentu mendahului perubahan perilaku, sehingga belajar hanya berstatus sebagai intervening variabel. Artinya suatu proses teoritis yang dianggap berlangsung diantara stimulus dan responnya. Sumadi Suryabrata (1974) dalam Agus Mahendra (2007:161) menerangkan tentang belajar sebagai berikut :
”Belajar merupakan upaya yang sengaja untuk memperoleh perubahan tingkah laku, baik
yang berupa pengetahuan maupun keterampilan”

Selain itu, pengertian belajar menurut Bigge (1982) mendefinisikan belajar sebagai berikut :

“suatu perubahan yang bertahan lama dalam kehidupan individu dan tidak dilahirkan didahului oleh warisan keturunan”

Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan yang berkaitan dengan perilaku seseorang, yang bersifat menetap, melalui proses belajar yang berulang-ulang. Ketika proses pembelajaran berlangsung terjadi banyak perubahan dalam sistem saraf pusat, perubahan tersebut terjadi karena pengalaman berbagai kemampuan dan pengalaman gerak dalam sistem memori otak. Proses inilah yang biasanya menetapkan perubahan yang terjadi agar relatif menetap. Agar perubahan yang terjadi dianggap sebagai hasil belajar, sangat penting untuk meyakini bahwa faktor latihanlah yang akan mempengaruhi penampilan secara menetap. Proses pembelajaran yang dialami manusia menempuh tiga jalur utama, yaitu :
 Domain Psikomotor
Bloom dan Krathwohl (Arma Abdoellah dan Agusmanaji, 1994) aspek psikomotor menyangkut jasmani, keterampilan motorik yang mengintegrasikan secara harmonis sistem syaraf dan otot-otot.
 Domain Kognitif
Bloom dan Krathwohl (Arma Abdoellah dan Agusmanaji, 1994) menyatakan bahwa aspek kognitif meliputi fungsi intelektual, seperti pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan berpikir.
 Domain Afektif
Menurut Bloom dan Krathwohl (Arma Abdoellah dan Agusmanaji: 1994) ranah afektif menyangkut perasaan, moral, dan emosi

Konsep Belajar keterampilan Gerak
Konsep belajar gerak pada prisipnya tidak dapat dipisahkan dari konsep belajar pada umumnya. Karena itu membahas keterampilan gerak, perlu dibahas terlebih dahulu beberapa teori secara umum, antara lain pendapat Nasution (1995:35) bahwa “ belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah ada laboratorium atau dalam lingkungan alamiah)”, kemudian Magill(1985:22) menguraikan “learning is achange in the internal state of person that result from practice of experience an must be inferred from the observation of the person’s performance”. Maksudnya adalah belajar adalah perubahan kondisi internal seseorang sebgai hasil latihan atau pengalaman,dan perubahan itu dapat dilihat berdasarkan performannya.
Usia kanak-kanak merupakan masa yang ideal untuk mempelajari keterampilan motorik. Masa ideal belajar keterampilan secara umum berkisar usia 3-13 tahun. Periode anak kecil dapat dianggap sebagai masa belajar keterampilan. Apabila anak-anak tidak diberi kesempatan mempelajari keterampilan tertentu, mereka akan kurang memiliki dasar keterampilan yang telah dipelajari oleh teman-teman sebayanya, dan akan kurang memiliki motivasi untuk mempelajari berbagai keterampilan ketika diberi kesempatan.
Keterampilan yang diberikan untuk anak, bergantung sebagian pada kesiapan kematangan, terutama kesempatan yang diberikan untuk mempelajari dan bimbingan yang diperoleh dalam menguasai keterampilan secara tepat, cepat dan efisien. Terdapat tahapan pembelajaran gerak menurut Fitts and Posner (1991:235) yang dikutip oleh Agus Mahendra, melalui tiga tahapan belajar yang dapat di identifikasikan sebagai berikut :
1. Tahap verbal-cognitif, dalam tahapan ini, tugas yang harus dipelajari benar-benar tugas baru untuk pemula, sebagai pemula biasanya akan dibingungkan dengan banyak keputusan yang harus dibuat. Tujuan pengajaran ini adalah memungkinkan pelajar menstransfer informasi dari pembelajaran masa lalu ke tingkat keterampilan awal.
2. Tahap gerak, oleh Richard A (1985:236). disebut associative stage. Dalam tahap ini fokusnya berpindah pada pengorganisasian pola-pola gerakan yang lebih efektif untuk menghasilkan aksi. Dalam tahap ini, tingkat keterampilan naik dengan cepat dari tahap sebelumnya. Pelajar mulai menunjukan stance dan kontrol yang konsisten.
3. Tahap otonomi, tahap ini melibatkan perkembangan aksi otomatis yang tidak memerlukan adanya perhatian. Schmidt (1991:237) menggambarkan kejadian ini dengan melihatnya sebagai perkembangan program motorik yang dapat mengontrol aksi untuk waktu yang relatif lama.
Pengertian perkembangan motorik menurut Sugianto (1993), menjelaskan tentang perkembangan motorik yaitu perkembangan penguasaan derajat pengendalian gerakan-gerakan tubuh melalui koordinasi kerja/fungsional antara sistem persyarafan dan sistem perototan.
Pencapaian suatu keterampilan dianggap dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut secara umum dibedakan menjadi tiga faktor yaitu :
1. Faktor proses belajar mengajar
Dalam hal proses pembelajaran gerak, proses belajar yang harus diciptakan adalah yang dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan yang digariskan oleh teori belajar yang diyakini kebenarannya serta dipilih berdasarkan nilai manfaatnya. Berbagai tanda serta langkah yang bisa menimbulkan berbagai perubahan dalam perilaku peserta didik ketika sedang belajar gerak harus diupayakan kehadirannya.
2. Faktor pribadi
Dengan mengakui adanya perbedaan-perbedaan tersebut di atas pada siswa yang mempelajari gerak, maka tidak mengherankan pula bahwa kesuksesan seseorang dalam menguasai sebuah keterampilan gerak banyak juga ditentukan oleh ciri-ciri atau kemampuan dan bakat dari orang yang bersangkutan. Semakin baik kemampuan dan bakat anak dalam keterampilan tertentu, maka akan semakin mudahlah untuk menguasai keterampilan dimaksud. Ini semua membuktikan bahwa faktor pribadi merupakan sesuatu yang mempengaruhi penguasaan keterampilan.
Faktor situasional sebenarnya berhubungan dengan faktor lingkungan serta faktor-faktor lain yang mampu memberikan perubahan makna dan situasi pada kondisi pembelajaran. Faktor ini pada pelaksanaannya akan mempengaruhi proses pembelajaran serta kondisi pribadi anak. Penggunaan peralatan serta media belajar, secara tidak langsung atau tidak tentu akan berpengaruh pada minat dan kesungguhan siswa dalam proses belajar yang akhirnya akan mempengaruhi keberhasilan mereka dalam menguasai keterampilan yang sedang dipelajari.
Dalam belajar gerak, proses pembelajaran merupakan hal sangat penting dalam penguasaan keterampilan gerak, tanpa belajar yang teratur maka tujuan belajar gerak tidak akan tercapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar